Gaming memang sangatlah asik, bahkan saking asiknya kita
bisa lupa waktu karena efek ketagihan dari permainan itu sendiri. Dari
lupa waktu itu dampak negatif bisa menyebar seperti sekolah, kuliah,
atau kerjaan bisa terbengkalai, pelajaran tertinggal dan sebagainya.
Namun sebenarnya dampak negatif itu bukan berasal dari pengaruh game,
melainkan dari diri kita sendiri yang tidak bisa mengontrol terhadap
game. Nah, kalau kita sudah memiliki kontrol diri, game pun akan berkhasiat sangat baik.
Pada game action seperti Call of Duty, Counter Srike, Halo, Unreal Turnament , ataupun Point Blank pada game online, sangatlah diperlukan pengambilan keputusan yang cepat karena bila lambat akan berakibat kematian pada character yang dimainkan. Keputusan yang diambil juga belum tentu bisa berhasil dan pasti selalu ada peluang gagal.
Menurut hasil riset dari Rochester University, dengan memainkan game-game action, kita bakal melatih sensitivitas kita akan lingkungan sekitar. Nah,
kebiasaan ini kemudian akan terbawa dalam kehidupan
sehari-hari. Sehingga secara tidak sadar juga akan mengasah kemampuan
kita dalam beraktivitas, seperti ketika melakukan berbagai hal sekaligus
(multitasking), berkendara, membaca, dan aktivitas lainnya.
Riset oleh Rochester University dilakukan terhadap sekelompok orang
berusia 18-25 tahun yang bukan dasar seorang gamers dan dibagi atas dua
kelompok, kelompok pertama memainkan Call of Duty kelompok satunya memainkan game yang lebih santai seperti The Sims, selama 50 jam.
Setelah bermain para responden kemudian dihadapkan pada persaingan di
antara keduanya. Hasilnya, grup yang memainkan game Call Of Duty 2
dikatakan 25 % lebih cepat dalam mengambil keputusan di setiap permainan.
“Faktanya, video game bergenre action itu menguntungkan,” ujar Daphne
Bavelier, ahli syaraf dari Rochester. “Hasil penelitian lain dari kami
ini juga sangat mengejutkan karena proses belajar lewat main game ternyata cepat diserap seseorang.”
Dengan kata lain, game sangat membantu melatih serdadu/prajurit atau
orang-orang yang memiliki problem dalam berkonsentrasi. “Tapi, ini bukan
berarti anak-anak sebaiknya main game daripada mengerjakan PR, loh,”
tegas Bavelier
Selain itu, gaming juga berpengaruh pada peningkatan konsentrasi
seperti yang diungkapkan peneliti dari Manchester University dan
Central Lanchashire University. Kedua universitas itu membuktikan bahwa
gamers yang bermain 18 jam per minggu memiliki koordinasi yang baik antara tangan dan mata, dan hingga memiliki kemampuan seperti atlet.
Riset dari beberapa profesor di Loyola University, Chicago juga meneliti bahwa game itu bisa membantu bersosialisasi. Game online dapat menumbuhkan interaksi sosial yang menentang stereotip gamer yang terisolasi.
Demikian peneliti dari Indiana University juga mengungkapkan bahwa, bermain game dapat mengendurkan ketegangan syaraf atau mengusir stres.
Dr. Mark Griffiths, psikolog di Nottingham Trent University juga
melakukan penelitian sejauh mana manfaat game dalam terapi fisik, yaitu meningkatkan kecepatan dalam mengetik. Karena beberapa game online mengharuskan gamers untuk mengetik ketika berkomunikasi dengan lawan.
Dari penelitian oleh Rochester University yang lagi mengenai gaming, menemukan bahwa gamers ternyata lebih
memiliki fokus terhadap apa yang terjadi di sekitarnya, daripada
orang-orang yang jarang main game, apalagi yang tidak main sama sekali. Gamers itu juga mampu menguasai beberapa hal dalam waktu yang sama.
Ternyata game juga berpengaruh baik pada kesehatan seperti yang
diungkapkan Mark Griffiths, profesor di Nottingham Trent University,
game dapat digunakan sebagai pengalih perhatian yang ampuh
bagi anak-anak yang sedang menjalani perawatan yang menimbulkan rasa
sakit, misalnya chemotherapy. Dengan main game, rasa sakit dan pening
mereka berkurang, tensi darahnya pun menurun, dibandingkan dengan mereka
yang hanya istirahat setelah diterapi. Game juga baik untuk fisioterapi
pada anak-anak yang mengalami cedera tangan.
Nah, setelah mengetahui berbagai manfaat dari game apakah
kita masih memiliki pandangan buruk mengenai game. Hal itu kembali ke
diri kita masing-masing apakah kita bisa mengontrol diri kita terhadap
game atau tidak dan bila tidak kita tidak akan bisa merasakan berbagai
macam manfaat game. Ya! Semuanya kembali ke diri kita masing-masing.
0 komentar:
Posting Komentar